Dengan teknologi semua jadi mungkin. ya ini penemuan dari UPT -LIPI yogyakarta yang mampu menarik perhatian Jonathan Agranoff, seseorang dokter asal Inggris yaitu pelanggan teratur 6000 kaleng Sayur Tempe Kari per bulannya.
Karena tehnologi pengalengan, UPT- LIPI Yogyakarta sukses menghasilkan sayur paket kaleng dengan lama masa 2 th. tiada bahan pengawet. Bermacam sayuran atau gudeg saat ini dapat diekspor keluar negeri tiada takut basi. Suatu langkah inovatif berikan nilai lebih pada makanan lokal untuk berkompetisi di pasar global.
Seluruhnya sayur yang bersantan pastilah tak bisa bertahan lama atau cepat basi. Bila ingin disimpan paling lama cuma 24 jam, itu juga mesti selekasnya dipanaskan untuk melindungi supaya tetap layak dikonsumsi. Saat ini dengan tehnologi yang dihasilkan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, di Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, bermacam sayur yang berkuah santan bisa bertahan 2 th. saat taruh dalam paket kaleng.
Menurut Ir. Mukhamad Angwar, salah seseorang peneliti yang terlibat dalam program kreatif ini, pihaknya telah bikin product dengan izin edar dari BPOM untuk sebagian type masakan seperti, Mangut Lele, Gudeg, Tempe Kari, serta Sayur Lombok Ijo yang dikemas dalam kaleng dengan merk product “Gading”
Pesanan Rutin
Pematangan serta penyempurnaan tehnologi pengawetan sayur bersantan ini telah dikerjakan dalam laboratorium penelitian dari th. 2005. Sistem pengalengan supaya sayur awet yaitu lewat cara meminimalisir kontak hawa dalam sistem pengepakan. Akhirnya, makanan ini tak basi walau tak dibubuhi bahan pengawet.
Gudeg dan bermacam sayur kalengan seperti ini diinginkan bisa kurangi peredaran makanan memiliki bahan pengawet kimia yang bisa merugikan kesehatan manusia. Waktu ini, UPT BBPK LIPI Yogyakarta dapat memroduksi 100 kaleng gudeg /hari. Sistem produksinya di dukung 6 orang tenaga kerja. Pemasaran serta distribusinya dikerjakan oleh Koliga (Koperasi LIPI Gading) yang beralamatkan ditempat yang sama juga dengan kantor UPT BPPK LIPI Yogyakarta.
“Kendala pemasaran benar-benar dirasakan dalam mengenalkan product ini, lantaran hingga saat ini belum ada investor yang berkeinginan. Waktu ini pemasaran tetap hanya pesanan atau by order dengan minimum pesanan 100 kaleng. Paket kaleng 250 gr di jual dengan harga pada Rp7. 000 s/d Rp12. 000, bergantung type produknya, ” jelas Angwar.
Walau pasar dalam negeri belum ketertarikan merespons product ini, Koliga telah go international dalam jual sayur kalengan ini. Dr. Jonathan Agranoff, seseorang dokter pada suatu rumah sakit di Inggris, dengan cara teratur pesan Sayur Tempe bumbu Kari kaleng paket 250 gr.
“Ia berikan tempe kari pada pasiennya untuk makanan terapi kanker. Karena dapat dibuktikan berikan hasil yang baik, maka keinginan meningkat dari 2. 000 kaleng jadi 6. 000 kaleng/bln., ” lebih Angwar.
Tiap-tiap kaleng dihargai 3 poundsterling atau seputar Rp48. 000. Jadi apabila dihitung, keseluruhan penjualan tiap-tiap bln. yang di terima dari dokter itu sebesar Rp96 juta per bln..
Kesempatan Baru Industri Kuliner
Dengan produksi sayur paket kaleng seperti ini amatlah terbuka kesempatan usaha kuliner tiada mesti memiliki rumah makan. Product ini pas untuk bekal jalan-jalan, pergi haji, serta juga oleh-oleh, lantaran kemasannya benar-benar praktis.
Nah, beberapa pengagum sayur berkuah santan tak perlu cemas. Kapan juga serta di mana juga ada bisa nikmati kelezatannya dengan terdapatnya masakan itu dalam paket kaleng yang praktis serta ekonomis. Untuk tujuan pasar yang dibidik yakni kelompok menengah ke atas. Untuk pemesanan dikenakan jumlah minimum sejumlah 100 kaleng.
Di pasar domestik, penjualan sayur kaleng itu baru merambah 2 pasar moderen di Yogyakarta, yakni Mirota serta Pamela Swalayan. Sesaat di Bandung bekerja bersama dengan pusat oleh-oleh Karya Umbi. Diinginkan jaringan super market moderen juga buka peluang untuk bekerja bersama dengan produsen sayur kaleng ini.
Karena tehnologi pengalengan, UPT- LIPI Yogyakarta sukses menghasilkan sayur paket kaleng dengan lama masa 2 th. tiada bahan pengawet. Bermacam sayuran atau gudeg saat ini dapat diekspor keluar negeri tiada takut basi. Suatu langkah inovatif berikan nilai lebih pada makanan lokal untuk berkompetisi di pasar global.
Seluruhnya sayur yang bersantan pastilah tak bisa bertahan lama atau cepat basi. Bila ingin disimpan paling lama cuma 24 jam, itu juga mesti selekasnya dipanaskan untuk melindungi supaya tetap layak dikonsumsi. Saat ini dengan tehnologi yang dihasilkan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, di Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, bermacam sayur yang berkuah santan bisa bertahan 2 th. saat taruh dalam paket kaleng.
Menurut Ir. Mukhamad Angwar, salah seseorang peneliti yang terlibat dalam program kreatif ini, pihaknya telah bikin product dengan izin edar dari BPOM untuk sebagian type masakan seperti, Mangut Lele, Gudeg, Tempe Kari, serta Sayur Lombok Ijo yang dikemas dalam kaleng dengan merk product “Gading”
Pesanan Rutin
Pematangan serta penyempurnaan tehnologi pengawetan sayur bersantan ini telah dikerjakan dalam laboratorium penelitian dari th. 2005. Sistem pengalengan supaya sayur awet yaitu lewat cara meminimalisir kontak hawa dalam sistem pengepakan. Akhirnya, makanan ini tak basi walau tak dibubuhi bahan pengawet.
Gudeg dan bermacam sayur kalengan seperti ini diinginkan bisa kurangi peredaran makanan memiliki bahan pengawet kimia yang bisa merugikan kesehatan manusia. Waktu ini, UPT BBPK LIPI Yogyakarta dapat memroduksi 100 kaleng gudeg /hari. Sistem produksinya di dukung 6 orang tenaga kerja. Pemasaran serta distribusinya dikerjakan oleh Koliga (Koperasi LIPI Gading) yang beralamatkan ditempat yang sama juga dengan kantor UPT BPPK LIPI Yogyakarta.
“Kendala pemasaran benar-benar dirasakan dalam mengenalkan product ini, lantaran hingga saat ini belum ada investor yang berkeinginan. Waktu ini pemasaran tetap hanya pesanan atau by order dengan minimum pesanan 100 kaleng. Paket kaleng 250 gr di jual dengan harga pada Rp7. 000 s/d Rp12. 000, bergantung type produknya, ” jelas Angwar.
Walau pasar dalam negeri belum ketertarikan merespons product ini, Koliga telah go international dalam jual sayur kalengan ini. Dr. Jonathan Agranoff, seseorang dokter pada suatu rumah sakit di Inggris, dengan cara teratur pesan Sayur Tempe bumbu Kari kaleng paket 250 gr.
“Ia berikan tempe kari pada pasiennya untuk makanan terapi kanker. Karena dapat dibuktikan berikan hasil yang baik, maka keinginan meningkat dari 2. 000 kaleng jadi 6. 000 kaleng/bln., ” lebih Angwar.
Tiap-tiap kaleng dihargai 3 poundsterling atau seputar Rp48. 000. Jadi apabila dihitung, keseluruhan penjualan tiap-tiap bln. yang di terima dari dokter itu sebesar Rp96 juta per bln..
Kesempatan Baru Industri Kuliner
Dengan produksi sayur paket kaleng seperti ini amatlah terbuka kesempatan usaha kuliner tiada mesti memiliki rumah makan. Product ini pas untuk bekal jalan-jalan, pergi haji, serta juga oleh-oleh, lantaran kemasannya benar-benar praktis.
Nah, beberapa pengagum sayur berkuah santan tak perlu cemas. Kapan juga serta di mana juga ada bisa nikmati kelezatannya dengan terdapatnya masakan itu dalam paket kaleng yang praktis serta ekonomis. Untuk tujuan pasar yang dibidik yakni kelompok menengah ke atas. Untuk pemesanan dikenakan jumlah minimum sejumlah 100 kaleng.
Di pasar domestik, penjualan sayur kaleng itu baru merambah 2 pasar moderen di Yogyakarta, yakni Mirota serta Pamela Swalayan. Sesaat di Bandung bekerja bersama dengan pusat oleh-oleh Karya Umbi. Diinginkan jaringan super market moderen juga buka peluang untuk bekerja bersama dengan produsen sayur kaleng ini.
Post a Comment